Aku memandang layar
Yang memantulkan berkas ranting salam
Ketika layar menghitam
Sejenak sadar bahwa aku sendirian

Aku tak ingin berpikir
Tidak pula berniat menganalisa
Tentang perihal ‘kenapa’
Tentang rencana ‘bagaimana’

Sekarang biarkanlah semua kembali
Atau pergi
Atau merangkak tak peduli
Terhadap kita hari ini

Dan sementara untuk digaris-bawahi
Bolehkah kuberkata ‘bukan aku yang memulai’
Adilkan jika kuberpikir ‘kalian yang memantik’
Entahlah.

syair itu
cinta bak intan permata
tak pudar ditelan masa
hadir dari pancaran mata
dan melekat di lubuk jiwa
walau di jalan berbeda
namun satu dalam rasa
hitam pekat berlumur dosa
dalam dunia bergelimang noda
walau kau terhina di mata mereka
namun takan sirna
tak tergoyah
karena cinta tak kenal kasta
di matapun kau paling berharga

0 komentar:

Posting Komentar